Kestabilan Harga dan Rumah Tangga
dokumentasi pribadi |
Adapun yang dimaksud dengan kestabilan nilai
rupiah antara lain, adalah kestabilan terhadap harga - harga barang dan jasa
dalam perekonomian yang tercermin pada inflasi. Sehingga untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia mulai menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter atau Inflation
Targeting Framework (ITF) dengan menganut sistem nilai tukar yang
mengambang (free floating).
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki
kewenangan untuk melakukan dan mengatur kebijakan moneter melalui penetapan
sasaran - sasaran moneter seperti uang beredar atau suku bunga dengan tujuan
utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Sehingga target pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai oleh pemerintah
Indonesia dapat tercermin pada kestabilan tingkat inflasinya.
Adapun
secara operasional, instrument pengendalian sasaran – sasaran moneter
tersebut diantaranya menggunakan operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan
wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Dimana instrument
kebijakan moneter ini nantinya dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indoensia.
Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia sendiri sangat erat kaitannya dengan aktivitas konsumsi,
dimana porsi konsumsi masyarakat Indonesia pada triwulan II tahun 2017
menyumbang lebih dari 55 persen total GDP negara ini (katadata.co.id), namun
dalam kaitannya pada kebijakan moneter, aktivitas konsumsi ini merupakan salah
satu faktor yang kadangkala menjadi
pemicu dari adanya kenaikan tingkat harga di pasar, artinya secara umum di
pasar harga – harga mengalami inflasi, sehingga otoritas kebijakan moneterpun
akhirnya perlu untuk melaksanakan kebijakannya tidak hanya pada skala nasional
dengan instrumen – intrumennya yang sudah ada, melainkan juga perlu melakukan
tindakan sampai ke skala daerah, bahkan hingga skala terkecilnya, yaitu rumah
tangga dengan edukasi pemahaman keungan, yang biasa disebut sebagai proses
inklusifitas sektor keuangan.
Hingga Januari
tahun 2017 ini dikabarkan atas survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) dalam Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) bahwa tingkat
literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan
dibandingkan survei pertamanya yang dilakukan tahun 2013 lalu.
Ingklusi
keuangan ini menjadi salah satu intrumen yang penting agar tujuan kebijakan
moneter di Indonesia dapat tercapai, yakni adanya stabilitas sistem pembayaran
dan stabilitas sistem keuangan, selain itu tugas Bank Indonesia juga kini sudah
mulai dibantu dengan adanya OJK dimana tugas pengawasan lembaga jasa keuangan
secara khusus dikerjakan oleh OJK.
Tetapi tetap
pada dasarnya Rumah tangga adalah rantai struktur sosial terkecil yang menjadi customer
dari adanya jasa keuangan termasuk didalamnya pengguna intrumen kebijakan
moneter yang diatur oleh BI. Sehingga stabilitas sistem keuangan atau
stabilitas sistem pembayaran yang merupakan taget capaian kebijakan moneter ini
mau tidak mau memiliki kaitan yang erat dengan ingklusifitas masyarakat
terhadap kebijakan lembaga keuangan di Indonesia, secara khusus literasi
masayarakat akan pemahaman keuangan ini.
Rumah tangga
dalam ekonomi secara sederhana terbagi atas dua golongan, pertama Rumah tangga
Produksi dan kedua Rumah tangga konsumsi. Dimana dari masing – masing golongan
ini memiliki pengaruhnya masing – masing terhadap harga di pasar barang dan
jasa. Proses terbentuknya kesepakan harga antara konsumen dan produsen inilah
yang biasanya memicu terjadinya inflasi, sehingga bank Indonesia yang
menggunakan intrumen ITF perlu
memperhatikan hal ini pula, karena inflasi secara nasional merupakan akumulasi
inflasi daerah yang diakibatkan oleh kesepakan harga di pasar barang dan jasa
antara rumah tangga produksi dan rumah tangga konsumsi.
Kestabilan
harga akan tercapai manakala satuan terkecil yang menjadi akumulasi besar
secara nasional ini kemudian memahami dampak dari kesepakatan yang dilakukannya
dalam mempengaruhi tingkat harga, sehingga itulah mengapa menjadi penting
literasi keuangan bagi rumah tangga di samping adanya instrumen kebijakan
moneter secara khusus yang dilakukan oleh bank Indonesia, karena pengendalian
inflasi akhirnya bisa dilakukan mulai dari sektor yang paling bawah (daerah).
Komentar
Posting Komentar