Siap Jadi Relawan, Kontribusi Global


Kamu tahu kisah tikus yang berhasil menyelamatkan seekor singa, dengan ceritanya sampai
kemudian tikus itu menjadi kawan daripada singa itu? Ya itu memang sebuah kisah fiksi yang
mungkin sudah tidak laku di zaman serba digital seperti ini. Namun berbeda dengan salah satu
volunter yang beberapa hari yang lalu, sempat berkunjung dan bersilaturahim dengan kami,
para peserta pembinaan Rumah Kepemimpinan Regional Bandung. Beliau dan rekan – rekannya
masih menceritakan hal itu kepada anak – anak yang mungkin diluar jangakauan fisik maupun
visi kita saat ini.


Dari perbincangan yang kami lakukan kurang lebih hingga memakan waktu 120 menit, beliau
sampaikan poin penting kepada bahwasannya, di era seperti ini sudah seharusnya kita menjadi
manusia global, mendunia, apalagi era digitalisasi, harusnya lebih melek informasi, bahkan
terlalu banyak informasi yang masuk kepada kita, harusnya kita bisa lebih cepat untuk menjadi
manusia global yang mampu berkontribusi tanpa terhambat oleh batasan wilayah sebuah
negara.

Setidaknya ada beberapa langkah sederhana untuk bisa menjadi manusia yang berkontribusi
global, versi kang Brata ini. Pertama, jadilah seorang relawan, karena dengan menjadi relawan
kita akan tahu sampai mana kemampuan dan kekurangan diri kita yang perlu ada orang lain
untuk membantu kita. Peran menjadi relawan sangat penting, meski tidak mudah karena
ujiannya adalah ujian waktu dan jam terbang. Berinisiatif untuk terlibat menjadi relawan
membiasakan diri kita untuk menambah jam terbang profesional berinteraksi dengan banyak
orang, sehingga bisa dipastikan diri kita siap untuk menjadi manusia global contribution.

Kedua, tingkatkan kapasitas diri dengan menuntut ilmu secara profesional dan proporsional di
bangku akademis, karena mau tidak mau hal ini yang akan melengkapi series ensiklopedi
perjalanan kita menjadi relawan. Kemampuan dan keahlian yang lahir dari proses menuntut
ilmu secara profesional dan proporsional di bangku akademis ini akan membantu kita untuk
berpikir dan bersikap sistematis, analisis dan kritis. Karena persoalan yang kini datang, atau
tantangan yang kita hadapi sekarang tidak bisa begitu saja dihadapi dengan “tangan kosong”,
namun perlu persiapan dan analisis yang matang hingga eksekusi siap dilaksanakan.

Tak kalah penting, bisa jadi seharusnya hal ini justru yang menjadi point kunci dari aktivitas
manusia global, adalah bahasa. Point ketiga ini, menjadi alat yang mampu untuk membuka
seluruh batas – batas wilayah negara. Sederhananya, dengan alat ini (pen: bahasa) kita akan
memahami apa yang sesungguhnya terjadi di dunia ini, sehingga kita akan tahu kontribusi
seperti apa yang bisa kita lakukan untuk menjadi manusia global.

Tiga hal sederhana itu yang bisa saya ektrak dari obrolan panjang kami dengan salah satu
relawan senior di Save the Children, institusi Non-Profit yang bergerak pada bidang
penyelamatan, pembinaan dan pengembangan anak di seluruh dunia. Beliau adalah Kang Brata
Manggala, CBO Youth Specialist EU save the Children Jawa Barat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

_Prophetic Leadership: Ulasan Singkat Ibrahim Alayhisholatuwassalam._

Kekhawatiran Efektifitas Amnesti Pajak

Dampak pembangunan Light Rail Transit (LRT) bagi Perekonomian