Bincang Malam Tantangan Dunia Riset
Sudah menjadi rutinitas baru bagi kami untuk setiap Rabu malam mengundang
orang – orang yang kami anggap dapat memberikan informasi dan membuka wawasan
baru yang sedikit orang tahu akan hal itu. Kali ini proses belajar sangat
terasa, meski secara fisik tidak bisa hadir langsung bertemu wajah dengan
pembicara yang di undang malam itu.
Beliau adalah salah satu tokoh aktivis pergerakan dalam bidang pendidikan
yang namanya mungkin tidak terlalu terkenal sekelas Pak Anies Baswedan, dkk.
apalagi Ki Hajar Dewantara dalam skala Nasional. Namun dalam skup kelompok
aktivis pergerakan, orang pasti akan mengetahui siapa beliau sudah tahu dari mana asal beliau.
Malam itu, seseorang yang kerap kami sapa dengan panggilan “ustadz” yang
artinya guru, memaparkan informasi baru bagi kami, tentang sebuah tantangan dunia
riset pasca kampus nanti. Bahwa tantangan dunia Riset, khususnya Indonesia
sangat besar. Mengapa? karena kondisi negara kita yang cukup memprihatinkan
untuk dunia riset ini, Indonesia masih termasuk negara yang sedikit sekali
mengalokasikan anggarannya untuk riset, padahal dari riset ini, semua orang
sudah tahu, bisa ditemukan berbagai macam solusi atas permasalahan yang ada dan
dan kemudian hasil daripadanya bisa berkali – kali lipat meguntungkan bagi
negara ini, karena efisiensi dan efektivitas penyelesaian persoalan akan
terjadi.
Untuk setiap proyek penelitian di indonesia yang
dilakukan profesor belum terlalu menarik budgetnya. Mungkin proyek paling besar biayanya hanya 500 juta, atau yang sedang 250 juta,
tapi kalau kita tahu, ini
sangat tidak cukup (padahal waktu sang researcher dihabiskan utk ini. bagaimana
biaya riset ini membiayai keluarga researcher ini.) tentu seseorang juga harus bisa memenui kebutuhan
hajat hidup dirinya dan keluarganya. Berbeda jika kita bandingkan dengan standar riset 1 tahun di
singapura yang biayanya
antara 2-3 milyar pun dengan
melibatkan beberapa fellow profesor dan profesor-madya. riset post-doctoral
saja bisa sampai 1 milyar utk waktu 6 bln. Itu salah satu contoh kasus yang terjadi, sehingga lagi – lagi sangat
disayangkan bagi negara sebesar ini, namun kondisinya tidak cepat membaik,
padahal potensinya lebih tinggi karena sumber daya yang dimiliki melimpah juga,
terlepas dari berbagai kondisi bagaimana pengelolaannya, seharusnya secara
natural atau fitrah manusia masyarakat besar di negara besar ini bisa.
Beliau sampaikan pula, bahwasannya ada hal menarik dari dunia riset ini,
yakni Riset merupakan formula atau rumus untuk peradaban modern. Riset tidak
hanya menganalisis sebuah masalah, namun darinya juga akan lahir berbagai macam
penemuan – penemuan ilmu baru yang fundamental, tidak hanya bagi industri,
namun juga bagi seluruh aspek yang lain, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan
dan segala macamnya. Tidak hanya invensi basic sciences, namun
juga inovasi yang dapat memberikan solusi dan laku di pasaran. Kesadaran akan
formula peradaban ini sayangnya rata – rata dimiliki oleh orang – orang barat
sana, kini mereka yang menguasai peradaban karena mereka yang menguasai dunia
riset.
Hal ini semakin sangat memprihatinkan apabila kita melihat kondisi
mayoritas masyarakat muslim di negara yang besar ini justru yang sangat kurang
tanggap untuk merespon persoalan kesadaran fundamental seperti ini. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya studi – studi ilmiah tentang orang – orang timur,
islam dan peradabannya yang pernah berjaya dulu yang sangat mendalam di dunia
barat sana, sedangkan masyarakat yang mempunyai warisan sejarah perdabannya itu
justru sangat abai dan tidak sadar akan hal ini. Secara umum riset kita kalah
dengan mereka, namun optimisme tetap harus ada dan terus di bangun serta
dipertahankan, karena tidak sedikit saudara – saudara kita yang kini sedang
mendalami hal ini, berjuang mati – matian meski pada tujuan antaranya mereka
kembali mengabdi pada studi – studi di barat sana lagi, karena ternyata lebih
sulit untuk berjuang di ladang sendiri ketimbang di ladang orang lain.
Tantangan seperti ini yang seharusnya segera di tanggapi oleh mahasiswa –
mahasiswi di Indonesia, terlebih bagi mereka yang statusnya adalah muslim, orang
– orang beriman. Bahwasannya di dunia ini semuanya sedang disemukan oleh bias
hasil pemikiran riset - riset, dan perhelatan besar ideologi yang benar dan
yang salah sedang terjadi.
Malam itu sebagai guru beliau menuturkan pesan bahwa kebutuhan akan riset
sangatlah tinggi. outputnya berupa jurnal, buku-buku, dan segudang solusi bagi
masalah peradaban. bagi teman-teman yang serius mau jadi periset, segera
selesaikan Studi doktor jangan tanggung, karena sayang kalau tidak serius,
perlu bagi kita untuk tekuni dengan serius suatu hal dan dengan segala
konsekuensinya. Contohnya ini, dunia periset itu dunia yang sepi tapi akan
menyumbangkan solusi-solusi hebat untuk kemanusiaan. Dan kalian tidak dibayar
atas hal itu.
Dialog Pasca Kampus, Bersama Al- Ustadz Dr. Tiar Anwar Bachtiar @Rumah Kepemimpinan R2 Bandung
Komentar
Posting Komentar