“Ketahui Masalahnya, Buat Jejaring Solusinya”
Sudah tidak
asing lagi ketika kini banyak menjamur gerakan – gerakan yang di inisiasi oleh
para pemuda, apapun gerakannya, selalu saja pemuda yang mengisi posisi – posisi
itu, baik sebagai simpatisannya saja atau langsung sebagai motor penggerak
gerakan tersebut. Semua itu terjadi pada kondisi dimana rentang waktu usia
manusia disebut sebagai pemuda, adalah waktu saat manusia berada pada kondisi
pematangan biologis, pemikiran dan gagasan yang sedang tumbuh pesat, yakni
sekitar usia 17 tahun hingga 40 tahun menurut KNPI (meski WHO mengkatergorikan
pemuda antara usia 18 hingga 65 tahun) yang kemudian energinya begitu besar dan
semangatnya selalu berkobar atau setidaknya dapat disebut pemuda dengan
kategori makna dan semangat pemuda itu sendiri melekat pada manusia meski
usianya tidak masuk kategori “pemuda”.
Artinya banyak hal yang bisa dilakukan
disini oleh para pemuda, semua tantangan persoalan bangsa akan sangat mungkin
untuk di tuntaskan, begitupun yang terjadi saat Indonesia masih dalam
cengkraman penjajah, para pemudalah yang kemudian mendayagunakan seluruh
energinya memperjuangkan berkibarnya merah putih di tiang yang menjulang pada
saat waktunya dan meneriakan “Merdeka, Indonesia, Merdeka!, Allahuakbar!”
Begitulah
pada hakikat seharusnya, pemuda selalu bersemangat dalam mendayagunakan seluruh
energy untuk memperjuangkan apa yang benar menurut agama, nusa dan bangsanya. Apalagi
setelah 71 tahun Indonesia merdeka seperti sekarang ini, reformasi beberapa
waktu yang silam telah di teriakan dan begitu banyak merubah tatanan peradaban
bangsa Indonesia selama rentang waktu yang tidak sebentar. Artinya gerak menuju
tatanan yang semakin maju terus terjadi dan selalu ada pembaharuan menuju
kondisi yang lebih sejatera sesuai panca poin besar dasar negara ini. Namun
jika membandingkan Indonesia dengan negara yang hanya berbeda beberapa hari
saja dalam mulai membangun kembali peradaban bangsanya yaitu jepang, Indonesia
sangat tertinggal jauh, sangat jauh. Lalu apa yang menjadi penyebab Indonesia
tertinggal jauh oleh negara yang jauh lebih hancur setelah di serang oleh
sekutu ketika itu? Apakah memang bangsa ini tidak mampu untuk bergerak cepat
membangun peradabannya atau mungkin reformasi yang 1998 lalu di gadang – gadang
dapat memberikan perubahan besar setelah masa kelam oral dan orba itu gagal?
Atau mungkin masa reformasi ini belum selesai?
Nampaknya
akan begitu banyak pertanyaan dan kesimpulan mengenai persoalan ini, tentu
tidak bisa hanya dibahas dari satu sudut pandang saja, apalagi sampai subjektif
oleh satu golongan saja, oposisi kah yang menyalahkan pemerintah, pemerintah
yang menyalahkan oposisi, atau keduanya, atau justru masyarakatnya yang tidak
bisa kooperatif, hal itu justru akan semakin memperpanjang usia persoalan
bangsa ini, tentu persoalan bangsa ini akan tumbuh semakin kompleks dan semakin
sulit untuk dapat teratasi.
Boleh
jadi ternyata selama ini solusinya sudah di depan mata kita, namun disayangkan
karena kita terlalu focus pada alternative solusi yang jauh di ufuk sana,
terlampau bercermin ‘westernisasi’ sehingga usia persoalan bangsa ini semakin
panjang. Untuk mengetahui masalahnya mengapa tidak kita membuka kembali catatan
lama bangsa ini, tentang bagaimana perjalanan kemerdekaan dari gigitan penjajah
yang tidak sebentar bisa diraih, karena kondisi pada saat itu mungkin dapat
merefleksikan kondisi pada masa sekarang, begitu katanya “sejarah akan terulang
dengan sendirinya” ungkapan bijak untuk sebuah solusi.
Mengingat perjuangan
merebut kemerdekaan 71 tahun lalu, pemudalah yang mempelopori semua itu,
termasuk semangat pemuda yang tumbuh diseluruh elemen masyarakatnya berhasil
berkobar tak pandang usia muda maupun tua, artinya pada saat itu bangsa ini
sadar bahwa mereka sedang dijajah dan ditindas sehingga lahirlah kesamaan
semangat yang begitu membara dan siap untuk berjuang. Pertama, dengan
kesadaran seperti ini masalah sesungguhnya dapat diketahui, apalagi kesadaran
itu berhasil terjadi secara massif di seluruh pelosok Indonesia, kemudian
solidaritas yang kuat dan kesatuan visi akan terbentuk, selanjutnya semua
elemen dapat mulai berhimpun dan menyamakan suara untuk berjuang melawan penjajah.
Akhirnya Seluruh masyarakat di kota maupun desa turun kejalan mulai berjuang
mengusir penjajah dari wilayahanya. Dengan begitu akan semakin mendukung
percepatan merdekanya bangsa ini dari penjajah.
Kedua, kondisi
mengenai kesadaran, solidaritas, kesatuan visi dan semangat perjuangan
perlu terus dirawat dan diperbaharui, salah satunya mungkin dapat dengan
membuat jaringan kooperatif antar elemen dalam masyarakat, diharapkan dengan
jaringan kooperatif itu dapat menyediakan jejaring pemersatu bangsa yang kemudian
dapat melahirkan rasa kepercayaan antar elemen masyarakat, rasa saling
kepedulian untuk tolong – menolong satu sama lain, dan rasa saling mengingatkan
untuk selalu bergerak dalam koridor kemaslahatan dan kesejahteraan umum.
Artinya akan terbentuk sebuah jejaring raksasa dimana terhimpun solusi – solusi
alternative yang kedepannya akan membantu menyelesaikan persoalan bangsa ini,
mirip seperti jaringan para pebisnis besar yang saling mendukung bisnisnya satu
sama lain.
“build your
own network effect” (CFO Bukalapak.com)
Komentar
Posting Komentar