Bulan Momentum kebangkitan Peradaban Islam


sumber gambar: google.com/edit

Kita ketahui bahwa dalam bulan Ramadhan ini begitu banyak karunia dan limpahan rahmat yang Allah berikan bagi seluruh hambanya di setiap penjuru dunia ini. Allah menutup pintu neraka rapat, membuka pintu syurga selebar – lebarnya, melipatgandakan setiap amal kebaikan yang kita lakukan, serta banyak sekali keutamaan – keutamaan lainnya.

Bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang Allah rencanakan sebagai waktu yang sangat tepat untuk Allah Menurunkan Wahyu Al- Quran kepada Nabi Muhammad SAW, “.. menjadi petunjuk bagi manusia dan menjelaskan daripada petunjuk dan furqon ..” menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil.

Selain memang semua ini adalah skenario dan hak prerogative Allah SWT. Pastinya ada sebuah rencana dan ketentuan yang memang di berikan bagi hamba – hambanya yang juga sekaligus menjadi wakil Allah dimuka bumi. Menjadikan bulan ini sebagai momentum kebangkitan peradaban islam, dimulai dengan karunia kemenangan Perang Badar, Pembebasan kota Makkah (Futhuh), penyebaran islam ke Andalusia, hingga bahkan dalam sebuah riwayat rakyat Indonesia ini memproklamirkan kemerdekaannya atas kolonialisme hindia-belanda pada bulan Ramadhan pula. Sehingga jelas bagi saya mengapa Ramadhan menjadi bulan kemenagan bagi umat islam

Jikalau kita bisa mengambil sebuah kesimpulan atas kemenangan yang telah terjadi kemudian diriwayatkan oleh sejarah umat islam berabad – abad silam, lalu hikmah apa yang seharusnya kita dapat implementasikan dalam kehidupan ini? Tentunya banyak sekali hikmah yang telah terkumpul atas kemenangan – kemenangan islam, setidaknya hingga sekarang 1437 tahun islam hinggap diseluruh penjuru dunia. Namun seperti yang kita ketahui saat ini, apa yang terjadi pada islam adalah sebagian besar suatu kemunduran yang berkepanjangan, sejak jatuhnya peradaban islam turki utsmani 1924 yang lalu dan itu menjadi awal dari keterpurukan umat islam di seluruh dunia.

Namun kali ini saya tidak akan banyak membahas penyebab keterpurukan umat islam saat ini, karena menurut saya sudah mutlak skenario Allah SWT itu terjadi mengenai sebuah siklus akan dipergilirkannya kejayaan setiap umat dan peradabannya (Ali-Imron: 140), begitu pula ditambah oleh pemikiran serta penelitian para sosiolog atau antropolog setelah melakukan banyak studi kasus mengenai siklus peradaban sebuah bangsa. Jatuh, kemudian tumbuh, lalu memperoleh kejayaannya, kemudian jatuh lagi, begitu seterusnya hingga menjadi sebuah siklus yang terulang.

Setidaknya ada satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh kita sebagai umat muslim untuk kembali mengulang kejayaan peradaban islam masa lalu, terlebih pada bulan Ramadhan ini. Yaitu, kesadaran dalam berislam, bukankah setidaknya setiap hari minimal tujuh belas kali kita meminta kepada Allah untuk ditunjukan kepada jalan lurusnya dan diberi nikmat berpegang teguh pada Qur’an dan Sunnah seperti orang – orang terdahulu? Kemudian Allah memberikan jawaban itu dengan sangat jelas yang kemudian hingga saat ini banyak tafsir atas ayat – ayat yang diturunkan Nya, dimulai dari “alif lam mim” hingga “.. minal jinnati wannass”. Kesadaran akan berislam ini perlulah ada dan haruslah tumbuh subur layaknya analogi pohon pada kalimat thoyyibah, akarnya yang kokoh, kemudian tinggi menjulang kelangit (memberikan keteduhan bagi yang berada dibawahnya) dan buahnya meberikan manfaat bagi mahluk hidup lain. Hal itu hanya dapat kita lakukan dengan cara sungguh – sungguh dalam mencari dan mempelajari ilmu agama, tentunya dengan pengimplentasian atas ilmu tersebut. Karena spesialnya islam ini yakni mampu mengakomodasi mengakomodir semua hal yang berkaitan dengan hidup manusia, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sehingga sempurnalah syariat yang telah Allah turunkan ini. Manusia muslim tidak akan hanya sekedar ber-islam saja, namun juga ber-iman, dan tentunya konsekuensi dari islam dan iman adalah ber-ihsan.

Kemudian korelasi dengan bulan Ramadhan itu sendiri, adalah dimana adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk menjalankan puasa supaya dapat bertaqwa (QS 2: 183). Taqwa ini menjadi salah satu dari banyak hikmah yang Allah berikan kepada umat muslim, sehingga taqwa dapat menjadi sebaik – baik bekal dalam menjalani hidup di dunia, pun bekal menuju alam akhirat kelak. Sehingga apabila kesadaran akan berislam ini telah sampai pada puncak ketaqwaan sejati kepada Allah SWT semata, dengan semurni – murni nya islam, iman dan Ihsan, umat muslim ini akan otomatis berhimpun menjadi satu kesatuan raksasa yang kemudian mampu untuk kembali mengulang kejayaannya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

_Prophetic Leadership: Ulasan Singkat Ibrahim Alayhisholatuwassalam._

Kekhawatiran Efektifitas Amnesti Pajak

Dampak pembangunan Light Rail Transit (LRT) bagi Perekonomian