Mencari Hikmah dan Menemukan Kebijaksanaan pada SDGs
Sustainable Development Goals, 17 Goals, Sumber Gambar: Google-picture |
Jadi baru saja kemarin saya mengikuti event Seminar
Nasional? ada yang tdk tau apa itu Seminar Nasional? pasti pada tau ya. Sesi
kali ini di inisiasi oleh SDGs Center Unpad dan SMERU Research Institute. dua
Lembaga ini ada yang tidak tau?
cari sendiri aja ya itu lembaga apa, hhe
Mumpung masih hangat, sepertinya akan cocok untuk jadi
input yg sangat baik, kalo sejak awal hasil seminar dari hasil penelitian para
peneliti ini dibuat sharing-sharing kecil diluar gedung, biar ada triger diskusi
berkembang dan produktif lainnya
tema besarnya adalah membahas Arah pembangunan SDM
pada periode kedua Jokowi. Dari sana ada dua sub pembahasan inti yang
menurut saya sangat menarik bagi para aktivis pendidikan, NGO, Community
Development, bahkan para aktivis pendidikan islam,
mengapa? pasalnya menurut saya, dari hasil penelitian tersebut banyak evidence yang
di hadirkan dengan objektif dan itu sangat relevan dengan akselerasi
pembangunan SDM versi islam yg rahmatan lil 'alamin, namun tak
ada satu pun dari hasil penelitian tersebut yang dikait-kaitkan dengan istilah
- istilah islam maupun istilah pendidikan islam itu sendiri. jadi ini peluang.
diawal saya singgung ini, karena saya sendiri seorang
muslim yang mencoba concern untuk bisa tafaqquh
fi-diin, sebisa mungkin saya harus kumpulkan hikmah-hikmah yang hilang
dari islam hari ini. kedua, penganut agama Islam, di Indonesia itu
sendiri menjadi major population yang akan menentukan
keberhasilan negara ini, karena akumulasi kesuksesan individunya adalah kesuksesan negara. barangkali
sampai hari ini Negara Indonesia masih gini - gini aja, karena major
populiti nya ya gini gini aja juga. satu lagi, dari pemaparan yg di sampaikan pada seminar, banyak hal yg sejalan dengan prinsip
pendidikan dan pengembangan manusia menurut perspektif islam, istilah
kerennya tarbiyah islamiyah. barang tentu tentu prinsip itu nantinya akan menentukan pembelajaran dan hasil kualitas fisik, ruh (baca: mental) dan isi otak dari para pembelajar dan tentu hal baik seperti ini harus bisa secara riil di implementasikan.
sehingga harusnya ini menjadi informasi penting bagi para
aktivis islam. penting karena aktivis islam berati senantiasa mempebaharui
kapasitas ilmunya tidak jumud, penting karena aktivis islam punya
dukungan penelitian yang sejalan dengan islam, penting karena ternyata ditengah
kemajemukan ini, islam bisa hadir memberikan banyak solusi, meskipun pembuktian
itu baru muncul di akhir - akhir.
nanti bisa kita lanjutkan diskusi..itu pendapat pribadi
saya saja, silahkan kalo tertarik dengan hipotesis saya, bisa di kembangkan
penelitiannya lebih lanjut dan silahkan di buat pembuktikannya.
lanjut, sub pembahasan pertama tentang Perkembangan
Pembangunan SDM di indonesia saat ini. yang kedua tentang Hak Dasar
atau Pelayanan Dasar yg seharusnya di dapatkan oleh SDM agar ia mencapai titik
berdaya dan produktifnya. yang dipaparkan oleh 7 Pembicara.
lebih menarik lagi, paparan dan penjelasan yg disampaikan
cukup komprehensif dan mendalam tentang dampak dari pembangunan SDM terhadap
indikator yg semuanya merupakan ukuran atau indikator sosio-ekonomi.
sederhananya kita bisa bilang, apa sih efeknya SDM buat sosial dan ekonomi? kok
dibahas terhadap sosio-ekonomi? kok ngga dibahas terhadap teknologi gitu, apa
yg lain, dsb.
lagi-lagi, hemat saya, hidup manusia itu sendiri
secara fitrah atau 'nature' nya sangat tidak bisa
lepas dari aspek sosio-ekonomi, dia akan banyak dipengaruhi oleh dua hal tersebut,
atau suatu saat dia akan bisa mempengaruhi khalayak dengan dua aspek tersebut
juga. makannya dua aspek itu yg mungkin akan punya porsi lebih dalam kehidupan
manusia secara keduniawi-an. termasuk dalam Al-Qu'ran juga dua
aspek ini yg diatur secara jelas batasannya, arahnya, dan contohnya agar bisa
relevan dengan Ridho Allah, kita kenal istilahnya menjadi bernilai
ibadah.
pada 'perspektif konvensi istilah global', karena aspek
sosial-ekonomi itu memiliki proporsi yg relatif besar pada ukuran pertumbuhan
sebuah negara, akhirnya ukuran dua hal ini yang sering dijadikan acuan untuk menentukan sebuah negara berkembang, maju atau
tidak (masih ada inidikator lainnya juga, tergantung kebutuhan)
So, gimana isi seminarnya?
*karena ini tulisan saya, jadi opini saya juga masuk di dalamnya, tapi kalo mau tau versi lengkap, panjang, dan menjenuhkan langsung dari aslinya, bisa akses disini, pilih dashboard "depan" dan cari Seminar Nasional dengan keyword familiar JOKOWI, data kurva dsbnya lengkap, bisa dikembangkan lagi hhe
*karena ini tulisan saya, jadi opini saya juga masuk di dalamnya, tapi kalo mau tau versi lengkap, panjang, dan menjenuhkan langsung dari aslinya, bisa akses disini, pilih dashboard "depan" dan cari Seminar Nasional dengan keyword familiar JOKOWI, data kurva dsbnya lengkap, bisa dikembangkan lagi hhe
Hari ini dan Kedepan
Pertama, ada keynote speech dari Prof. AAY (kebetulan dosen
saya dulu). beliau banyak menyampaikan tentang status dan tatangan pembangunan
SDM indonesia hari ini. bahkan beliau lengkapi dengan data dan fakta sejak
beberapa waktu kebelakang secara agregatif dan mudah difahami.
Status yang beliau sampaikan tentang SDM Indonesia adalah
bahwa SDM Indonesia jika dirata - ratakan secara umum itu Under-Achiever. itu
status SDM nya.
Trus yang jadi tatangannya buat SDM itu adalah kebijakan
dan kebijaksanaan yg ngatur negara, mau diapain nih SDMnya. (yg kata - kata ini
tafsiran saya, kenapa kebijakan dan kebijaksanaan, karena kalo itu sudah benar,
maka barulah kita siap membahas tatangan yg muncul dari dunia global. bukan
berarti juga ketika bahas kebijakan, ini tak memperitmbangkan global sama
sekali, bukan. ini lebih kepada hal prioritas yg harus disegerakan)
kedua fakta tersebut sejujurnya sangat tidak enak di dengar
dan tidak enak dilihat, tapi begitu kok faktanya, dan dari sana harusnya kita
lebih banyak belajar supaya bisa lebih mengakselarasi tapi juga tetap rendah
hati dan tidak sombong serta rajin menabung (ngga bercanda!).
tentang SDM Under-Achiever, ini merupakan
kondisi dimana dari segi kualitas dan kuantitas perbandingan dengan tetangga
dekat maupun jauh, negara Indonesia masih berada pada posisi terbawah rangking
perbandingan kualitas SDMnya. apa saja data pembandingnya? wait. padahal
harusnya, lagi - lagi bicara muslim majority, minimal masuk 3 besar
gitu dari atas, bukan di bawah-bawah mulu (apa gara2 makan nasi ya, semakin
berisi semakin merunduk -canda, hhe)
perbandingan pertama dilihat secara data scientific
publication per capita. sederhananya berapa banyak karya ilmiah yg publish jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk dan pendapatan yg di dapatnya. beliau hanya
menunjukan kurva dan saya fikir semua orang sudah banyak tau tentang hal ini,
kalo tingkat publikasi ilmiah negara kita rendah (jangan pesimis dulu, karena
banyak org indonesia diluar sana yg publish jurnal ilmiahnya bagus juga,
sayangnya publish di negara orang hhe) cek aja di goole' berapa rank kita (...)
kedua, beliau perlihatkan perbandingan dari segi PISA Score, dimana PISA
Score merupakan penilaian tingkat dunia
yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak
sekolah yang berusia 15 tahun. kegiatan ini diselenggarakan dan
dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan
(OECD) yg dalam percapita negara
Indonesia dengan jumlah penduduk dan pendapatan relatif besar jumlahnya,
ternyata masih juga berada pada Rank terbawah. begitu realitasnya hari ini. cek
di goole' ya (...)
selanjutnya, dilihat dari data tingkat entrepreneurship (business
density) atau tingkat kepadatan atau intensitas daya dorong masyarakat
untuk memproduksi sebuah platform dengan output yg mampu
menyerap angkatan kerja, selanjutnya berefek pada pertumbuhan atau
kesejahteraan ekonomi yang semakin meningkat dan berkualitas, ternyata rendah
juga. cek di goole' (...)
Pertumbuhan ekonomi itu bukan tujuan akhir
data yg diperlihatkan hanya 3 itu saja, memang mungkin
diluar sana masih banyak data yang lain, tapi dari tiga itu juga sebenarnya
sangat cukup. sementara masih tergantung kebutuhan
yang menjadi pertanyaan, (perasaan) data itu sudah ada dari
satu atau dua dekade yg lalu.. tapi kok sampai sekarang masih gini - gini aja?
apakah memang negara kita tidak belajar? arti lainnya akumulasi individu negara
ini tidak berkembang? atau bagaimana?
kalo mengacu pada 3 hal tersebut mungkin memang begitu,
negara kita masih tertinggal, tapi pada sisi yg lain barangkali relatif sudah
maju, entah coba cek apa yg maju hhe..
kecurigaan saya tentang sebab stagnannya perkembangan SDM di indonesia ini, ternyata dijawab oleh beliau dengan bahasa yang mudah difahami dan sederhana. bahwasannya (mungkin) pemerintah negara Indonesia lupa (mungkin belum tau) kalo pada tahun 2016 lalu, para ekonom dan ahli dunia bersepakat tentang stockholm statement of development principle. yang bilang kalo pertumbuhan ekonomi itu bukan tujuan akhir -melainkan masih suatu alat untuk mencapai sesuatu. artinya, kalo dari awal sudah (relatif) keliru menetapkan tujuan maka cara dan hasilnya pun akan mengikuti. ini fatal akibatnya (bisa cek di rancangan teknokratik RPJMN 2020-2024 BAPPENAS, kalo negara ini menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan, disana ada total investasi, kebutuhan dana ngutang dan bla bla bla.. intinya pemerintah begitu menggenjot pertumbuhan ekonomi karena dirasa (mereka) itu tujuan akhirnya)
kecurigaan saya tentang sebab stagnannya perkembangan SDM di indonesia ini, ternyata dijawab oleh beliau dengan bahasa yang mudah difahami dan sederhana. bahwasannya (mungkin) pemerintah negara Indonesia lupa (mungkin belum tau) kalo pada tahun 2016 lalu, para ekonom dan ahli dunia bersepakat tentang stockholm statement of development principle. yang bilang kalo pertumbuhan ekonomi itu bukan tujuan akhir -melainkan masih suatu alat untuk mencapai sesuatu. artinya, kalo dari awal sudah (relatif) keliru menetapkan tujuan maka cara dan hasilnya pun akan mengikuti. ini fatal akibatnya (bisa cek di rancangan teknokratik RPJMN 2020-2024 BAPPENAS, kalo negara ini menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan, disana ada total investasi, kebutuhan dana ngutang dan bla bla bla.. intinya pemerintah begitu menggenjot pertumbuhan ekonomi karena dirasa (mereka) itu tujuan akhirnya)
kefatalan itu terjadi karena tujuan itu bertaut dengan
pilihan prioritas, cara manajerial dan pengelolaan pada semua jenis sumber
daya. akhirnya bisa jadi resources yang dipakai tidak
efisien dan tidak efektif, atau oke mungkin efektif tapi ternyata tidak
efisien.
Tantangan Sebenarnya
selanjutnya tentang tatangan kedepan, sebenarnya ia
bekorelasi kuat dengan arah dan tujuannya. kalo sekarang sudah tau bahwa,
negara ini punya tujuan yg relatif menyimpang, maka perlu di luruskan. karena
bisa jadi tantangan yg sudah diprediksi pada awalnya realtif salah juga,
makanya perlu di luruskan, dengan sebenar-benar tantangan yg akan dihadapi oleh
pembangunan SDM di Indonesia kedepannya.
World
Bank Group merilis 4 indikator kuadran yang
menjelaskan tentang pola pengeluaran dan capaiannya dari sebuah negara yg melakukan
investasi pada sektor pembangunan SDM (Yusuf, 2019):
1) high capacity to mobilize resources, low investment in human capital, and weak outcomes
2)
high level or efficiency
of human capital spending that achieves good outcomes
3)
high investment in human capital without commensurate outcomes
4)
low capacity to mobilize resources, low investment in human capital, and high needs
Dari informasi di atas, data yang
dimiliki oleh Negara ini sebenarnya masuk kuadran 1 dan 3, tidak masuk kuadran
2 dan 4, tetapi juga pada realitasnya tidak sebagaimana kuadran 1,2, 3 atau 4.
menurut analisis data tahunan orang yang sekolah
di Indonesia, rata – rata orang yang sekolah di Jakarta Pusat, memiliki tinkat rata
– rata yang tinggi, artinya ia termasuk high
capacity dan high investment. Namun
pada sisi yang lain ada juga di Manggarai Timur, NTT memiliki rata-rata yang
sangat rendah, artinya ia termasuk yg low
capacity dan low investment. Hal ini
serupa terjadi pada data stunting, access
to clean water dan research &
development yang ditunjukan.
singkatnya, tantangan sebenarnya dalam masalah pengembangan
SDM di Indonesia adalah soal Basic needs. baik dalam hal pemenuhan
kebutuhan hidup, akses kepada sumber energi, akses makanan bergizi dan
bernutrisi, akses pendidikan maupun akses kesehatan. perihal ini terkait erat
dengan fungsi eksekutif pemerintah sebagai pemangku kebijakan. mereka harus
mampu bijaksana dalam mengindentifikasi
dan memutuskan, dan tentu juga tidak bisa "saklek" mesti dinamis
dalam penerapannya.
validasi dari data dan fakta yg di tunjukan mengenai basic
needs ini juga dibenarkan keberadaannya dan menjadi bagian dari
SDGs. maka sebenarnya inilah tantangan realita yang dihadapi oleh negara
yg kaya raya ini. kok bisa sampaii masih ada ayam mati di lumbung padi.
jangan - jangan ayamnya emang digantung ya? atau disembelih?, atau
dikandangin ulu?, lupa
kasih makan atau suruh cari makan?
Maka pada akhir simpulan, kebijakan yg
ditawarkan dari pembicara sesi pertama adalah 1) perlu adanya peningkatan efisiensi dalam bidang
pendidikan (focus pada pembelajaran). 2) memastikan sumber daya bagi keperluan basic needs mampu termobilisasi dapat optimal. 3) dalam RnD
harus ada percepatan.
Dalam islam, siapa yg memiliki akses
terhadap kebijakan sangatlah dianjurkan harus mereka yang mempunyai pengetahuan
dan kapasitas tersebut disertai ilham yang hanif
atau punya kebijaksanaan. Tidak bisa sembarang orang asal pegang posisi tersebut.
Karena ternyata begitulah dampak dari kebijakan yang hanya penuh ambisi namun
tanpa kebijaksanaan.
Dan kebijaksanaan terbaik, datang dari
sumber kebijaksanaan, yaitu yang menciptakan manusia dan segala penunjangnya
untuk hidup. pertanyaannya sudahkah benar - benar kita mengambil pelajaran
(tulisan sisanya dilanjutkan di tulisan
yg akan datang, lebih kepada bagaimana cara islam mensiasati perihal ini,
khususnya in the VUCA WORLD)
Komentar
Posting Komentar